Rabu, 26 Oktober 2016

Cagar Alam Leweung Sancang Garut

Cagar Alam Leweung Sancang Garut
Leuweung Sancang Adalah satu diantara cagar alam serta rimba konservasi di Indonesia yang berskala Internasional yang belum juga tersentuh oleh sarana pariwisata dengan spesial serta mempunyai luas sekitaran 2913 ha serta mempunyai sekitaran 9 polisi rimba. Dihutan ini populer juga akan histori juga sarat juga akan mistiknya karna tidak dapat disangkal disinilah tempat prabu Siliwangi menghilang. Sesudah kami menuruni anak tangga yang sejumlah 300 dengan ditemani 3 polisi rimba yaitu Bpk Asep, pak Kusman, serta pak Ruskindi. Diujung anak tangga ada satu makam ziarah, pahlahlar, kabalera Rafflesia Patma, meranti merah yang masih tetap kecil, serta jalur bermainnya owa jawa yang disebut satu diantara primata yang ada di Leuweung Sancang, kelihatannya kami begitu mujur temukan primata yang cukup langka ini, pada akhirnya kami tidak menyia-nyiakan peluang yang cukup langka ini untuk ambil gambar satu diantara primata itu, karna mereka umum aktif saat pagi serta siang hari. 

Dihutan ini ada satu curug, untuk menuju curug itu kita mesti menyebrangi satu sungai yang cukup besar serta deras dengan memakai getek. Rimba ini dibagi jadi 3 cagar alam, yakni rimba dataran rendah, rimba mangrove, serta cagar alam pantai atau rimba pantai. Leuweung sancang sesungguhnya rimba yang masih tetap alami, dengan kwalitas air dari rimba pantai yang masih tetap bersih dibarengi pohon-pohon yang cukup lebat, ditaburi hewan – hewan liar yang jadikan suguhan paling istimewa untuk beberapa pelancong. Tetapi di balik keindahan itu ada juga sisa – sisa vandalisme dari orang – orang yg tidak bertanggungjawab, seperti perambahan rimba, penebangan liar sampai pencurian kayu. Terlebih dihutan ini ada tumbuhan atau kayu yang cukup langka serta dilindungi seperti kayu meranti merah serta kaboa. 

Cagar Alam Leweung Sancang Garut


Kami meneruskan perjalanan ke rimba mangrove serta rimba pantai dengan menenyusuri pinggir pantai leuweung sancang. Di sana kami disajikan dengan panorama air laut yang masih tetap begitu jernih dengan dibumbui hamparan pasir putih nan elok. Diluar itu di sana juga ada pedada, kijingkang, api-api, pohon kaboa, serta granat. Waktu kami mulai masuk ke rimba pantai dengan tidak berniat kami temukan knop atau tunas/cikal akan Rafflesia Patma, yang menurut perkiraan pak Ruskindi (polhut) juga akan mekar sekitaran sebulan sekali lagi. Waw tentunya juga akan jadi pengalaman yang mengagumkan bila kita dapat melihat event langka ini, karna Rafflesia Patma yang mekar cuma bertahan sepanjang 1 minggu.  

Sesudah kami senang nikmati serta menelusuri Leweung sancang ini, kami mengambil keputusan untuk kembali pulang, dengan membawa masa lalu dipenjelajahan selanjutnya, melalui pohon – pohon kayu sebagai penyangga badanmu, dedaunan sebagai rambutmu, dalam balutan keharmonian alam, Leuweung Sancang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @garuthomestay